Buku Majmu Syarif Kamil di Terbitkan oleh Penerbit : Cv. Jumanatul Ali-Art. Jl. Adikrisan No. 8 Perum. Bumi Adipura Gedebage Bandung./ Jl Warung Peuteuy No.207 Tarogong Kaler Garut Jawa Barat.

Melerai Rasa Sedih

Sebagai manusia kita merasakan pahit dan getirnya kehidupan ini karena banyaknya onak dan duri yang dilalui sehingga bukan hanya melelahkan fisik tapi juga menghancurkan perasaan. Kita juga merasakan asin dan manis kehidupan yang dilalui bahkan ketika yang dirasakan asin kita sering melupakan bahwa manisnya hidup pernah bahkan lebih banyak kita rasakan, intinya hidup ini penuh dengan dinamika yang harus dilalui, apakah disadari ataupun tidak. Kalimat lain dari hal diatas adalah bahwa Kehidupan yang dilalui manusia penuh dengan dinamika ujian, senang dan sengsara, bahagia dan derita, sakit dan sehat bahkan hidup dan mati, semua itu merupakan ujian yang pasti dilalui manusia, apakah dengan semua itu manusia akan sabar menerimanya atau malah jauh dari nilai-nilai yang diajarkan dalam islam, padahal Allah mengajarkan sikap mulia ketika ujian itu datang;’’Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Al Baqarah 2;155-156]. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani. Kehidupan manusia sejak hadirnya Risalah Islamiyyah jelas berbeda ketika masa jahiliyyah, begitu juga dalam menyikapi musibah, mereka cendrung meratap dengan sikap-sikap yang tidak layak dilakukan, Rasulullah menyatakan, ”Empat hal jahiliyyah yang masih berpengaruh pada ummatku yaitu; Bangga dalam kedudukan sosial, Kesombongan dalam keturunan, Meratapi orang mati, Meminta hujan kepada bintang". Orang jahiliyyah masa dahulu ketika mendapat musibah apalagi kematian mereka tidak menerimanya, hal itu dinampakkan dengan meratap yaitu sikap menampar pipinya, merobek pakaian, memukul-mukulkan kepala ke dinding dan sikap-sikap lainnya, Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Ketika berita gugurnya Ibnu Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah sampai kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. pun duduk bersedih hati. Ia (Aisyah) berkata: Aku melihat dari celah pintu. Lalu datang seseorang mengabarkan kepada Rasulullah saw., katanya: Wahai Rasulullah saw., sungguh istri-istri Jakfar! Orang itu menceritakan tangis istri-istri Jakfar. Mendengar itu Rasulullah saw. menyuruh orang tersebut untuk melarangnya. Dia pun pergi, lalu kembali lagi, menuturkan bahwa istri-istrinya tidak mau menurut. Rasulullah saw. menyuruhnya lagi agar melarang istri-istri Jakfar meratap. Dia pun pergi menuju istri-istri Jakfar lalu kembali lagi kepada Rasulullah saw. sambil berkata: Demi Allah, mereka keras kepala, wahai Rasulullah. Aisyah menyangka bahwa Rasulullah saw. bersabda: Pergilah dan jejalkanlah debu tanah ke mulut mereka! Aisyah berkata: Aku berkata: Mudah-mudahan Allah menghinakanmu! Engkau tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan engkau tidak mau meninggalkan Rasulullah saw. bebas dari beban. (Shahih Muslim ) Siapa yang tidak sedih dikala mendapat musibah walaupun sebenarnya musibah itu merupakan ujian yang harus dilalui untuk menempa iman seseorang, siapa yang tidak sedih dikala orang yang dicintai meninggal dunia walaupun dengan kesedihan itu tidak akan menghidupakan mereka yang sudah meninggal, namun kita dituntut untuk menyikapi kesedihan itu dan berusaha untuk melerainya, jangan sampai sedih itu berlama-lama larut dalam kehidupan ini, karena bagaimanapun juga kehidupan akan tetap berjalan, akan mengalir sebagaimana mengalirnya air dari pegunungan. Dan setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk mengobati penyakit tersebut. Dan tidak jarang cara-cara tersebut hanya bisa menghilangkan kesedihan sementara, lalu setelah itu justru mendatangkan kesengsaraan yang bertambah parah. Maka kita dapatkan kebanyakan mereka menghilangkan kesedihan dengan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, merokok mendatangi dukun, mendengarkan musik dan lain-lain yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah. Oleh sebab itu bukanlah ketenangan dan kelapangan hati yang mereka dapatkan tetapi justru kesempitan dan kesengsaraanlah yang mereka rasakan, karena mereka telah jauh dari tuntunan Islam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 124) Maka kita memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan penyakit tersebut, tentunya dengan obat-obat yang telah diberikan oleh Allah dan RasulNya. Obat yang pertama adalah kita meyakini bahwa kesedihan dan kesusahan yang menimpa kita, sudah ditaqdirkan oleh Allah, maka ketika kita menyadari hal tersebut akan tenanglah hati kita dan lapanglah dada kita. Kemudian obat berikutnya adalah do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam menghadapi kesedihan. Ini sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan dan kesedihan kemudian dia berdo’a, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hamba laki-lakiMu, dan anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tanganMu, berlaku kepadaku hukumMu, adil atasku QadhaMu (keputusanMu), aku meminta kepadaMu dengan seluruh nama-namaMu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau tuunkan di kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada kepada salah satu hambaMu, supaya Engkau menjadikan al-Qur’an penyiram hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, penghilang kecemasan dan kegelisahan, kecuali Allah akan menghilangkan kesusahannya dan menggantinya dengan kesenangan.” Tentunya di dalam berdo’a dengan do’a di atas kita harus faham dengan makna yang terkandung di dalam do’a tersebut, supaya kita menghadirkan hati kita di dalam berdo’a. Karena Allah tidak menerima do’a seorang yang hatinya lalai, dan salah satu sebab kelalaian tersebut adalah tidak fahamnya kita dengan kandungan makna do’a tersebut. Maka kesedihan dan kesempitan hati tidak akan bisa dihilangkan kecuali dengan tauhid/ pemahaman yang benar tentang Allah, dan dengan al-Qur’an yaitu dengan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi hidup kita, yang senantiasa kita pahami serta kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Itulah obat yang dicontohkan oleh Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan dan ini menunjukkan betapa sempurnanya agama kita. Tidaklah ada satu kebaikan pun kecuali kita sudah dijelaskan dan tidaklah ada satu keburukan pun kecuali kita sudah diperingatkan untuk menjauhinya. Kemudian kita juga diharuskan untuk menjauhi sebab-sebab munculnya kesedihan dan kesempitan hati yaitu dengan menjauhi sikap berpaling dari al-Qur’an sebagaimana firman Allah, “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 124) [Sujono, Obat Kesedihan :: Compiled by oRiDo™ ::]. Sarana lain untuk menetralisir kesedihan adalah zikir kepada Allah, yaitu zikir yang terucapkan melalui lisan dan terhunjam ke hati sanubari walaupun sebenarnya alplikasi zikir itu terangkum dalam aktivitas ibadah yang kita lakukan, namun lisan yang sibuk dengan menyebut Asma Allah dan hati yang tidak lalai dari mengingat Allah akan melerai duka, bagaimanapun dalamnya kedukaan itu sedang merundung seseorang. Suatu hari Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat. Lalu beliau bersabda, "Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu daripada berinfak dengan emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?" Serempak para sahabat berkata, "Mau (wahai Rasulullah)!" Beliau pun bersabda, "Zikir kepada Allah Yang Maha Mulia." (HR at-Tirmidzi). Hadis tersebut tidaklah berarti meremehkan amal-amal saleh selain zikir. Tetapi, Rasulullah hanya menunjukkan betapa zikir merupakan asas yang sangat penting bagi semua amal ibadah.Beribadah kepada Allah adalah mengingat-Nya. Sesungguhnya, zikir memiliki sederet keutamaan. Salah satu keutamaan berzikir adalah menenangkan hati atau jiwa. Jiwa manusia itu memerlukan berbagai 'konsumsi' bermanfaat yang dapat menguatkannya. Banyak manusia mengalami penderitaan jiwa, sebab tak mau kembali kepada Allah. Mereka lebih suka lari dari masalah dengan mengonsumsi minuman keras atau narkotika. Akhirnya, mereka semakin sengsara. Sesungguhnya penawar jiwa yang paling utama adalah zikir. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram." (QS al-Ra'd (13): 28). Dengan berzikir, dosa-dosa seorang hamba akan digugurkan oleh Allah dan akan diberi rahmat oleh-Nya. Salah satu bentuk zikir adalah beristighfar atau meminta ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat mencinta hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta ampun kepada-Nya. (QS Nuh (71) :10-12). Selain diampuni segala dosa dan diberi rahmat, orang-orang yang senantiasa beristighfar juga akan dihindarikan dari azab Allah baik di dunia maupun di akhirat. "Dan Allah sekali-kali tak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.'' (QS al-Anfaal (8): 33). Banyak berzikir juga akan mendatangkan kemenangan dan keberuntungan. Dalam Islam, makna keberuntungan bukan hanya bersifat duniawi, tetapi juga ukhrawi. Keberuntungan ukhrawi selalu menjadi prioritas orang beriman, yang hanya diperoleh dengan cara mengingat Allah sebanyak-banyaknya. {QS al-Jumu'ah (62):10}. Sebaliknya, orang yang tak mengingat Allah akan selalu diganggu setan. Mereka yang tidak mau mengingat Allah, berarti mengikut hawa nafsunya. Siapa yang mengikut hawa nafsunya, berarti mengikuti langkah-langkah setan dalam kehidupannya. Orang-orang yang betul-betul beriman senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apa pun. Kesibukan duniawi tak akan melalaikannya dari tetap berzikir kepada Allah. (QS an-Nur (24): 37). Mereka juga yakin sepenuh hati bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan segala amal perbuatan hambanya serta tak akan menyalahi janji-Nya.[Amin Fauzi MA,Memahami Keutamaan Zikir, republika.co.id.Selasa, 26 Oktober 2010]. Seorang muslim diberi dispensasi untuk bersedih dikala ada musibah hanya sebatas tiga hari, bukan berarti selama itu dia selalu menangis dan bersedih tapi untuk aktivitas tertentu boleh tidak dilakukan sementara, tapi setelah tiga hari maka duka dan sedih tidak melarutkan seseorang, bagi wanita yang kematian suami maka dukanya selama empat bulan sepuluh hari, artinya selama itu dia tidak boleh berdandan yang berlebih-lebihan apalagi dengan maksud untuk menarik hati lelaki lain, setelah masa duka itu dia boleh menikah lagi dengan lelaki lain. Duka yang dialami manusia dikala tertimpa musibah akan terasa ringan bila keimanan dan kesabaran ada pada dirinya, Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata: Kami sedang berada di dekat Rasulullah saw. ketika seorang di antara putri beliau menyuruh seseorang memanggil beliau dan memberi kabar bahwa anak putri beliau itu sedang menghadapi maut, Rasulullah saw. bersabda kepada utusan tersebut: Kembalilah dan kabarkan kepadanya bahwa apa yang Allah ambil dan Allah berikan adalah milik-Nya semata. Segala sesuatu di sisi-Nya adalah dengan batas waktu tertentu. Suruhlah ia untuk bersabar dan mengharap pahala. Utusan itu kembali dan berkata: Dia berjanji akan memenuhi pesan-pesan itu. Lalu Nabi saw. berdiri diikuti oleh Saad bin Ubadah dan Muadz bin Jabal. Aku pun (Usamah bin Zaid) ikut berangkat bersama mereka. Kepada Rasulullah saw. anak (dari putri beliau) diserahkan dan jiwanya bergolak seperti berada dalam qirbah (tempat air) tua. Kedua mata Rasulullah saw. menitikkan air mata. Lalu Saad bertanya: Apa arti air mata itu, ya Rasulullah? Rasulullah saw. bersabda: Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang diletakkan Allah dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih. (Shahih Muslim). Manangis adalah akhlaq para nabi dan kebiasaan para shalihin. Namun tentu bukan sekedar menangis, melainkan menangis yang membuktikan penghambaan diri yang muncul dari kesadaran yang sangat mendalam. Sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah yang selalu memerlukan pertolongan; hamba yang menyadari sering lalai terhadap aturan-Nya; hamba yang sangat bodoh tapi sring menyombongkan diri dengan ilmu yang sangat sedikit; hamba yang tidak memiliki apa-apa tapi berlaga sombonga seakan-akan apa yang ada dalam dirinya adalah miliknya; sungguh semua yang ada pada diri seorang hamba baik berupa jasad kesehatan, harta, jabatan atau lainnya, semua itu adalah amanat yang mesti dipelihara dengan menggunakannya sesuai fungsinya dan mesti dipertanggungjawabakan pada saat yang tidak lama lagi akan tiba. Para nabi menangis karena melihat ummat yang sedang mendertia kebejadan akhlaq dan penyimpangan aqidah serta kerusakan pemahaman terhadap syari’ah yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Para ualama sering menangis karena khawatir tidak dapat melanjutkan perjuangan Rasul akibat beratnya tantangan dan kurangnya kemampuan serta meluasnya kema’siatan.[Saiful Islam, Menangislah Karena Allah, Kamis, eramuslim.com.17/06/2010 11:15 WIB]. Ternyata kesedihan yang dialami manusia tidak semata-mata karena duka, derita dan sengsara yang menimpanya saja, bahkan para nabi dan rasul sering menitikkan air mata kesedihan karena jauhnya ummat dari tuntunan Allah, inilah kesedihan keimanan yang membuncah dari para nabi dan rasul. Bahkan nabi dan rasul itu, dikala mendapatkan duka dan nestapa secara pribadi dan keluarga mereka adalah orang-orang yang tegar dan menyadari bahwa semua itu adalah ujian dari Allah. Sebaliknya kita merasakan sedih ketika duka dan lara kita rasakan secara fisik tapi hati kita tidak sedih dikala masyarakat jauh dari ajaran tauhid, bergelimang dengan syirik dan kemaksiatan. Orangtua merasa sedih kalau akan meninggalkan generasi yang lemah fisik dan lemah materi sehingga berupaya untuk menyelesaikan dengan mencari harta dan fasilitas hidup, tapi dikala meninggalkan generasi yang lemah iman dan ibadahnya kita tidak banyak upaya untuk itu."Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" [An Nisa' 4;9] Karena pentingnya iman dalam kehidupan seseorang sampai sejarah mencatat paranabi dan Rasul berusaha memberikan nasehat kepada anak-anak dan cucunya agar tetap menjaga iman hingga akhir hidupnya; Walaupun Nabi Ibrahim dan Ya'kub adalah Rasulullah tapi mereka juga khawatir terhadap anak dan keturunan mereka, sehingga pesan itu digambarkan Allah dalam firman-Nya;" Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".[Al Baqarah 2;132] Sebagai seorang pendidik yang sangat bijak, nama Lukman Al Hakim tercantum dalam Al Qur'an bahkan butir-butir wasiatnya diabadikan Allah dalam surat Lukman ayat 13-14 diantaranya;"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"."Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun".
Hubungi kami Telp, SMS, WA ke 081 322 445 955 - 0817 424 308 PIN.D9A9E096. e-mail majmusyarifkamil@gmail.com

Majmu Syarif Kamil J Art

Profil

Foto saya
Bandung 40231, Jawa Barat, Indonesia
Menerima Pesanan Buku Majmu Syarif Kamil. Contact Person : WA. 081322445955 - 0817424308 fax 022-6030414. Pin. D9A9E096 Email: amin_mau09@yahoo.com